the dark side of glow

Wednesday, September 1, 2010

Short Message Service


engkau bukanlah segalaku bukan tempat tuk hentikan langkahku
usai sudah semua berlalu biar hujan menghapus jejakmu

Inbox si Snow (HP Samsung gue) udah mencapai maksimum kapasitas,
dan itu berarti harus ada pesan-pesan yang harus dihapus.
tapi untuk menghapus pesan-pesan itu perlu waktu lebih lama
dari yang gue bayangkan.

Karena setiap pesan yang gue simpan selalu punya arti khusus,
baik karena makna setiap kata-katanya, atau juga karena pengirimnya.
lebih sering karena alasan ke dua.

Pernah gak ngerasain berat banget menghapus pesan
dari seseorang, dengan alasan apapun?
Karena dengan menghapus pesan-pesannya berarti mulai menghapus dia dari hidup kita juga?
(terlalu dalem yak?!)
Tapi itu yang selalu gue rasain setiap akan menghapus pesan di Inbox.
andai gue punya HP yang kapasitas nya tidak terbatas.
Gue bisa tetap menyimpan semua pesan di Inbox
dan mungkin juga menyimpan dia di Inbox hati gue. (halah!)

Gue bahkan butuh lebih dari 10menit untuk menghapus setiap pesan.
Karena dari setiap pesan nantinya akan bergulir lagi
kisah-kisah penuh arti dari huruf-huruf yang tersusun rapi itu.

Pesan dari sahabat adalah yang terbanyak.
Seorang teman dari Melbourne  mengirimkan pesan mengucapakan banyak doa di hari ulang tahun gue.
Pesannya cukup panjang. Membangkitakan senyum. Itu berarti buat gue.
Ada juga pesan dari teman yang setiap hari selalu punya kata-kata
bijak untuk disampaikan, tidak pernah absen.
Walaupun gak yakin itu adalah hasil pemikiran sendiri atau hanya
forward dari pesan yang lain, tapi itu tetap berarti buat gue.

Pesan penuh cinta dan sayang dari seseorang
selalu membutuhkan waktulebih lama untuk dihapus.
Apalagi saat orang itu sudah jadi masa lalu (?).
Ada lebih banyak kisah di sana.
Beberapa kata yang kala itu sangat sakral untuk diucapkan,
seolah lebih ringan diungkapkan melalu pesan singkat.
Penyesalan dan kegetiran datang bersamaan
saat me-[delete]-[yes]-kan pesan-pesannya.
Tapi itu harus.

Gue pengen menyimpan semua pesan itu, tapi kadang akan membebani
gue saat membacanya lagi.
Gue gak mau lebih lama tinggal di masa lalu.
Ada pesan-pesan baru yang mungkin akan mewarnai hidup gue dimasa kini.

Lega rasanya saat proses panjang dan melelahkan pikiran itu berakhir.
Dan sepertinya si Snow terasa jadi lebih 'langsing' sekarang :)

xoxo,

Up in the air





Anybody who ever built an empire, or changed the world, sat where you are now. And it's *because* they sat there that they were able to do it. - Ryan Bingham


Gue sama sekali gak nyangka ada profesi bagai malaikat pencabut nyawa seperti di Amerika, atau di bagian manapun di dunia ini.
Ryan (George Clooney) kerjaannya adalah keliling Amerika untuk datang memecat setiap pegawai yang dinilai sudah tidak pantas lagi ada di perusahaan mereka (parah kan?!).
Saking banyaknya orang yang harus dipecat dan saking seringnya dia naik turun pesawat, dia bahkan sudah merasa pesawat, airport, hotel dan kehidupan bernomaden itu adalah kehidupannya.
Dia merasa memulai kehidupannya di udara.  Mengudara, begitu sebutan dari bos nya.

Kelihatannya memang menyenangkan; pakai setelan jas, dasi, rapi, bawah 1 koper, selalu dapat kemudahan saat check in di airport, tidak perlu antri karena punya kartu member American Airline, duduk di First Class, dapat pelayanan nomor 1, tidak jauh berbeda saat di hotel, Hilton bagai rumah persinggahan, singkatnya its just like heaven.

"All the things you probably hate about travelling -the recycled air, the artificial lighting, the digital juice dispensers, the cheap sushi- are warm reminders that I'm home."

Karakter Natalie (Anna Kendrick,cewek yg jadi temennya Isabela Swan di Twilight) muncul dengan kepolosannya menilai hidup seperti orang-orang pada umumnya,
membuka mata ryan, bahwa dia tidak akan selamanya hidup di udara, dia perlu rumah yang sebenarnya, dia perlu keluarga dan cinta.
walaupun berusaha menolak tapi akhirnya Ryan sadar bahwa dia memang butuh itu.
Rumah.
Akhirnya dia jatuh cinta dgn Alex, cewe yang dia kenal juga di hotel saat bepergian.
Sayang, si alex hanya menjadikan dia pelarian.

Ryan Bingham: I thought I was a part of your life.
Alex Goran: I thought we signed up for the same thing... I thought our relationship was perfectly clear. You are an escape. You're a break from our normal lives. You're a parenthesis.
Ryan Bingham: I'm a parenthesis?

Sedih.
Tapi yang lebih sedih lagi, bahwa saat keluarganya (kakak dan adik cewek nya) bahkan hampir-hampir sudah menganggap dia tidak ada saking jarangnya bertemu.
Gue tertohok (bahasa apa ini?) dibagian itu.
Berasa senasib dengan Ryan.
Gue juga jauh dari keluarga, tapi tidak benar-benar melupakan mereka.
Gue bahkan selalu memasukkan mereka di doa gue kapan pun.
Yang gue takut mereka yang lupa sama gue. (semoga sih gak)
Dan rasanya gue sudah terlalu banyak melewatkan kesempatan berkumpul dengan mereka.
Moment-moment kecil seperti makan malam bersama di meja kecil di dapur,
atau dibangunin nyokap tiap pagi, atau ibadah singkat bersama pagi-pagi,
dan bahkan moment bagi tugas kerja bakti di halaman depan.
Dulu mungkin gue gak menganggap itu penting, tapi sekarang
berada jauh dari mereka membuat gue merindukan semuanya.
Rasanya pengen pulang sekarang juga.
Tapi gak bisa.

Intinya, film ini ingin membuat penonton nya sadar bahwa sesukses apapun
kita di luar sana, atau sejauh apapun kita pergi meraih kesuksesan itu,
akan selalu ada tempat untuk kita kembali pulang.
Rumah.
Keluarga.
Cinta.

xoxo,



Gambar nya dari sini dan sini