“After all these years I see that I was mistaken about Eve in the beginning; it is better to live outside the Garden with her than inside it without her.” -Mark Twain
Hari ini gue sedang terpikat dengan blog seorang teman yang berkisah
soal kehidupannya.
gue tertegun membaca cerita patah hatinya.
seolah gue bisa merasakan.
gak.
bukan.
seolah gue berada di cerita itu.
dia.
laki-laki.
pecinta ulung.
yang terjerat pada cinta sejati.
tapi sayang cinta nya tidak sesejati yang dia kira.
dia ditinggalkan.
gue pikir kalau seorang adam patah hati,
tidak akan sedalam rasa sakitnya seorang hawa.
tapi mungkin gue salah.
tulisan si teman itu benar-benar dalam
dan menyakitkan.
dan terus menerus.
dia bukan tipe orang yang lebay.
tapi dalam hal ini gue mulai merasa
cinta membuat dia lebay.
lebih tepatnya patah hati yang membuat dia demikian.
gue belum pernah merasakan rasa itu.
cinta.
patah hati.
oke, anggap saja gue manusia siluman
yang tidak punya rasa.
tapi memang begitu.
jadi mungkin dalam hal ini gue tidak punya hak
menghakimi orang karena rasa
yang bahkan belum pernah gue cicipi.
kisahnya menempatkan gue dipihak
kaum gue (tentu saja).
apa memang selalu begitu?
kaum gue yang meninggalkan?
dan dia dan kaumnya yang ditinggalkan?
mungkin untuk banyak kasus.
intinya gue gak nyangka aja,
ternyata selain kaum gue,
ada kaum lain juga yang bisa menangis.
xoxo,

No comments:
Post a Comment